Perusahaan memiliki 3 jenis timbal balik atau return yang bisa diketahui dari laporan keuangannya, diantaranya Return on Assets (ROA), Return on Investment (ROI), dan Return on Equity (ROE). Tiga jenis timbal balik atau return ini memiliki peran penting dan fungsinya masing-masing. Namun, investor sering kali mempertimbangkan ROE untuk mengukur seberapa besar keuntungan bersih yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Lantas bagaimana cara hitung ROE?
Sebenarnya, ROE sama seperti perhitungan return lainnya, sama-sama memperlihatkan kinerja perusahaan. Untuk lebih jelasnya tentang cara hitung ROE, silakan simak lebih lanjut di bawah ini!
Apa Itu Return on Equity?
Dilansir dari Investopedia, Return on Equity (ROE) adalah ukuran kinerja keuangan yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas pemegang saham. Hal ini karena ekuitas pemegang saham sama dengan aset perusahaan yang dikurangi oleh utangnya. Jadi, ROE dianggap sebagai pengembalian aset bersih.
ROE dianggap sebagai ukuran profitabilitas perusahaan dan seberapa efisiennya dalam menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi Return on Equity, maka semakin efisien manajemen perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan pertumbuhan dari pembiayaan ekuitas.
Apa Manfaat dari Cara Hitung ROE?
Ada beberapa hal yang bisa dirasakan oleh investor ketika menghitung ROE dari sebuah perusahaan. Beberapa manfaat tersebut diantaranya:
1. Cara Hitung ROE Mampu Mengidentifikasi Masalah
Mungkin di antara kita sering bertanya-tanya, “kenapa tingkat ROE rata-rata atau sedikit diatas rata-rata lebih disukai ketimbang tingkat ROE yang dua, tiga, atau bahkan berkali-kali lipat?”. Bukankah, saham dengan Return on Equity yang sangat tinggi tentu lebih baik?
Memang, tingkat Return on Equity yang sangat tinggi merupakan hal yang baik jika diiringi dengan laba bersih besar dibandingkan dengan ekuitas karena kinerja perusahaan yang kuat. Namun sayangnya, Return on Equity yang sangat tinggi sering kali disebabkan oleh akun ekuitas yang kecil dibandingkan dengan laba bersih. Hal ini tentu mengindikasikan adanya risiko.
2. Mengidentifikasi Adanya Profit yang Tidak Konsisten
Masalah potensial pertama sering kali muncul ketika mendapati Return on Equity yang tinggi adalah adanya profit yang tidak konsisten. Misalnya, sebuah perusahaan dengan kode emiten ABCD tercatat tidak menguntungkan selama beberapa tahun.
Kerugian setiap tahunnya dicatat di neraca di bagian ekuitas sebagai “retained loss” atau kerugian yang ditahan. Kerugian ini merupakan nilai negatif dan dapat mengurangi ekuitas pemegang saham.
Namun sekarang, asumsikan bahwa perusahaan dengan kode emiten ABCD mendapatkan “rejeki nomplok” dalam beberapa tahun terakhir dan telah kembali kepada profitabilitas. Nah, perhitungan ROE yang harusnya kecil akibat kerugian bertahun-tahun, kini tiba-tiba sangat tinggi.
3. Mengidentifikasi Kelebihan Utang
Cara hitung ROE juga bisa mengindikasikan bahwa sebuah perusahaan terdapat kelebihan utang. Jika sebuah perusahaan meminjam secara agresif, hal ini dapat meningkatkan Return on Equity karena ekuitas sama dengan aset dikurangi utang.
Semakin banyak utang yang dimiliki oleh perusahaan, ekuitas yang lebih rendah bisa turun. Secara umum, ketika perusahaan meminjam utang dalam jumlah besar untuk membeli kembali sahamnya sendiri. Hal ini dapat meningkatkan laba per saham atau earning per share (EPS), namun ini tidak memengaruhi kinerja aktual atau tingkat pertumbuhan perusahaan.
Rumus Return on Equity (ROE)
Nah, kamu sudah mengetahui apa itu ROE dan apa saja manfaatnya, kan? Kini, saatnya untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana cara hitung ROE dari sebuah perusahaan. Rumus dengan detail sebagai berikut:
ROE = (Omzet – biaya) / modal
atau
ROE = (pendapatan bersih (net income)) / modal
Untuk cara menghitungnya, silakan simak lebih lanjut di poin berikutnya.
Cara Menghitung Return on Equity (ROE)
Biar kamu lebih paham lagi dengan konsep Return on Equity (ROE). Yuk, kita coba langsung hitung ROE dari dua contoh perusahaan berikut!
Kasus PT Ada Apa dengan Cinta
Pada tahun 2021, PT Ada Apa dengan Cinta mendapatkan omzet sebesar Rp500 juta. Sementara itu, total pengeluaran perusahaan sebesar Rp250 juta. Di tahun sebelumnya, PT Ada Apa dengan Cinta mendapatkan pendanaan sebesar Rp100 juta. Selain itu, sisa modal awal pendirian sebesar Rp120 juta.
Maka, cara menghitungnya adalah:
ROE = (omzet – biaya)/modal
= (Rp500 – Rp250)/(Rp100 + Rp120)
= (Rp250)/(Rp220)
= 1,13
Jadi, ROE PT Ada Apa dengan Cinta tergolong normal dengan sedikit kelebihan di 1.0
Kasus PT Mencari Cinta Sejati
Pada pertengahan 2022, PT Mencari Cinta Sejati mendapatkan penghasilan bersih sebesar Rp275 juta dan memiliki modal pribadi yaitu sebesar Rp300 juta. Maka cara menghitung Return on Equity PT Mencari Cinta Sejati adalah:
ROE = pendapatan bersih / modal
= Rp275 / Rp300
= 0,92
Angka ini tergolong sehat, namun ini menandakan bahwa PT Mencari Cinta Sejati masih belum bisa balik modal di pertengahan tahun.
Nah, apakah sudah cukup jelas tentang Return on Equity dan cara menghitungnya? Yuk, up-to-date terus seputar dunia investasi saham dan reksa dana hanya di SFAST!
Mau #DudukSantaiTapiCuan? Yuk, investasi saham dan reksa dana di SFAST!