Impulsive buying adalah istilah sekaligus fenomena yang semakin populer di tengah-tengah kita saat ini. Dengan adanya perkembangan berbagai platform jual beli online serta metode pembayaran elektronik yang semakin memudahkan, perilaku ini menjadi salah satu tren yang umum terjadi dalam masyarakat. Namun, penting untuk menyadari bahwa perilaku impulsive buying memiliki risiko terhadap keuangan. Untuk memahami apa itu impulsive buying, perbedaan, ciri-ciri, hingga bagaimana cara mengatasinya. Yuk simak penjelasannya lebih lanjut.
Baca juga: Apa Itu Konsumtif? Ini Ciri-Ciri & Cara Menghindarinya!
Apa itu Impulsive Buying?
Mengutip dari DevelopGoodHabits, impulsive buying adalah tindakan membeli sesuatu tanpa perencanaan dan tanpa mempertimbangkan secara menyeluruh fungsi, tujuan, serta konsekuensinya.
Ini berarti bahwa seseorang melakukan pembelian impulsif karena ada dorongan yang mempengaruhi tindakannya. Dorongan tersebut bisa berasal dari penempatan barang di lokasi tertentu atau dari teknik promosi yang menarik. Tindakan ini tidak hanya terjadi dalam pembelian offline, tetapi juga dapat terjadi dalam pembelian online.
Dengan munculnya media sosial dan situs e-commerce, seseorang lebih rentan tergoda untuk melakukan impulsive buying. Hal ini disebabkan oleh iklan yang muncul di media sosial, diskon yang ditawarkan, dan rekomendasi barang yang sesuai dengan perilaku konsumen di situs e-commerce.
Pembelian barang secara online juga menjadi lebih mudah, sehingga semakin meningkatkan dorongan seseorang untuk membeli barang secara impulsif.
Ciri-ciri Impulsive Buying
Terdapat beberapa tanda atau ciri-ciri impulsive buying, diantaranya termasuk:
1. Menginginkan Kepuasan Secara Instan
Mencari kepuasan dengan cara yang instan adalah tanda pertama impulsive buying. Ketika merasa jenuh, bosan, atau stres, dan ingin segera mendapatkan kepuasan, seseorang akan melakukan pembelian secara impulsif sebagai cara untuk memuaskan dirinya.
2. Membeli Barang Tanpa Berpikir Panjang
Ciri impulsive buying yang berikutnya adalah membeli suatu barang tanpa mempertimbangkannya secara matang. Ketika tertarik dengan suatu produk, seseorang langsung membelinya tanpa berpikir dua kali tentang manfaatnya dan kesiapan finansial.
3. Membeli Barang Berlebihan Sebagai Self Reward
Usaha keras untuk mencapai tujuan pribadi sering kali memunculkan keinginan untuk memberi hadiah kepada diri sendiri sebagai bentuk penghargaan. Pada dasarnya, hal ini tidak salah jika dilakukan dengan bijak. Namun, jika kamu terus-menerus membeli barang dengan alasan memberi hadiah kepada diri sendiri, maka bisa saja memberikan dampak yang buruk bagi keuangan kamu.
4. Menggunakan Window Shopping untuk Mengurangi Stres
Tanda impulsive buying berikutnya adalah melakukan window shopping sebagai cara untuk menghilangkan stres. Window shopping merupakan kegiatan yang menyenangkan dan sering digunakan sebagai penghibur saat stres. Namun, aktivitas ini dapat membuat seseorang rentan terjebak dalam impulsive buying.
5. Membeli Barang Hanya Karena Tren
Kebiasaan membeli barang hanya karena tren adalah tanda yang mudah dikenali dari impulsive buying. Untuk memenuhi kebutuhan sosial, mengatasi rasa gengsi, atau menghindari ketakutan ketinggalan (FOMO), seseorang akan terdorong untuk membeli produk sesuai dengan perkembangan tren saat itu, meskipun sebenarnya barang tersebut mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
6. Mudah Tergoda oleh Promo dan Diskon
Tanda impulsive buying terakhir adalah mudah tergoda oleh promo dan diskon. Ketika seseorang melihat penawaran promo atau diskon untuk suatu produk, mereka berpikir bahwa itu adalah kesempatan untuk mendapatkan harga lebih murah. Akibatnya, mereka akan memanfaatkan peluang tersebut dengan membeli barang secara impulsif.
Dampak Negatif Impulsive Buying
Jika terus dibiarkan, kebiasaan ini dapat menjadi sangat merugikan. Terutama dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan finansial yang kamu miliki. Selain itu, impulsive buying juga memiliki dampak negatif lainnya, seperti:
1. Mendorong Pengeluaran yang Tidak Perlu
Dampak negatif pertama dari impulsive buying adalah meningkatnya pengeluaran yang tidak perlu. Kamu cenderung menghabiskan uang untuk barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Akibatnya, pengeluaran yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan utama akan dikorbankan demi memenuhi keinginan pribadi yang tidak terlalu penting. Menawarkan kalung wanita populer seperti liontin, choker, dan lain-lain. Belanja perhiasan dari berbagai logam dan batu permata untuk memenuhi berbagai acara.
2. Menyebabkan Penumpukan Barang yang Tidak Digunakan
Dampak berikutnya adalah terjadinya penumpukan barang-barang yang tidak digunakan di rumah. Ini terjadi akibat kebiasaan kamu sering membeli barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga banyak barang yang tidak terpakai dan menganggur di rumah.
3. Rentan Terjebak dalam Hutang
Melakukan pembelian impulsif dapat membuat kamu rentan terjebak ke dalam hutang. Jika kamu tidak memiliki kemampuan finansial yang memadai, kamu mungkin akan terpaksa berhutang untuk memenuhi keinginan tersebut, sehingga jumlah hutang kamu akan semakin bertambah.
4. Kesulitan dalam Merencanakan Keuangan
Dampak negatif terakhir dari impulsive buying adalah kesulitan dalam membuat perencanaan keuangan yang baik. Dengan melakukan transaksi pembelian yang terlalu banyak, kamu akan menghadapi kesulitan finansial dalam jangka pendek. Tetapi, selain itu kamu juga akan kesulitan merencanakan keuangan untuk masa depan karena kurangnya dana simpanan.
Cara Mengatasi Impulsive Buying
Untuk menghindari masalah finansial serius atau dampak negatif dari impulsive buying, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk mengatasinya:
1. Pisahkan Antara Keinginan dan Kebutuhan
Kamu harus bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan dalam hidup. Kemampuan ini akan membantu mengalokasikan keuangan dengan tepat, menghindari pembelian barang-barang yang tidak penting atau tidak diperlukan.
2. Menyusun Skala Prioritas Barang Sebelum Membeli
Sebelum membeli barang, susunlah skala prioritasnya. Ini akan membantu kamu mengontrol diri untuk membeli barang-barang yang benar-benar dibutuhkan, serta menunda pembelian barang yang kurang prioritas untuk waktu mendatang.
3. Menghindari Terlalu Banyak Memasang Aplikasi Marketplace
Hindarilah memasang terlalu banyak aplikasi marketplace di ponsel kamu. Hal ini akan membantu kamu menghindari godaan untuk berbelanja dengan impulsif dan membeli produk yang tidak direncanakan.
4. Membatasi Penggunaan Kartu Kredit dan Pembayaran Online
Usahakan untuk membatasi penggunaan kartu kredit dan pembayaran online. Membayar secara digital membuat sulit mengontrol transaksi, karena kamu tidak merasakan efek langsung dari kehilangan uang seperti ketika menggunakan uang tunai. Oleh karena itu, lebih baik melakukan pembayaran dengan tunai untuk menghindari belanja impulsif.
5. Menahan Diri untuk Tidak Terlalu Sering Menggunakan Fitur Paylater
Usahakan untuk menahan diri agar tidak terlalu sering menggunakan fitur paylater. Gunakan layanan ini hanya dalam situasi yang mendesak dengan bijak.
6. Melindungi Diri dari Jebakan Strategi Marketing Psikologis
Jaga diri kamu dari jebakan strategi marketing psikologis agar tidak terpengaruh dan terjebak dalam belanja impulsif. Hindarilah penawaran dari sales atau segera tinggalkan tempat perbelanjaan jika terbesit keinginan untuk membeli sesuatu.
7. Menetapkan Batas Saat Melakukan Self-Reward
Terakhir, tetapkan batas ketika memberikan self reward. Tentukan kapan kamu boleh memberikan self-reward dan batasi frekuensinya setiap bulan. Hal ini akan membantu kamu menghindari impulsive buying yang dilakukan dengan dalih self-reward.
Jadi itulah pengertian tentang apa itu impulsive buying dan beberapa tips yang dapat membantu kamu mengatasinya. Kamu dapat menerapkan tips-tips ini agar dapat melindungi kesehatan finansial kamu secara pribadi serta keluarga dari dampak negatif yang mungkin ditimbulkan akibat impulsive buying.
Kamu dapat mengunjungi blog Indofund.id untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai UMKM, tips tentang usaha dan keuangan. Indofund.id merupakan platform p2p lending yang legal dan aman, telah mendapatkan izin dari OJK. Melalui platform ini, kamu dapat mengajukan pendanaan usaha atau memberikan pendanaan kepada UMKM.
Baca juga: 5 Contoh Investasi Jangka Panjang yang Wajib Kamu Punya!