Kesehatan keuangan menjadi indikator untuk mengukur kondisi keuangan seseorang. Keuangan dikatakan sehat apabila pemasukan dan pengeluaran berjalan seimbang. Selain fokus pada pengeluaran, seseorang dengan kesehatan finansial yang baik juga menyisihkan pemasukan untuk investasi dan dana darurat.
Kesehatan keuangan menjadi penting karena setiap permasalahan keuangan dapat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Kondisi finansial yang sehat membantu memenuhi sejumlah kebutuhan seperti kebutuhan pokok, pendidikan, dan dana pensiun.
Segala aspek kehidupan dapat terganggu apabila seseorang tidak dapat mengelola keuangan dengan bijak.
Oleh sebab itu, penting untuk melakukan cek kesehatan finansial untuk memastikan kondisi keuanganmu baik-baik saja.
Baca Juga: Waspada Love Scamming! Kenali Ciri-Ciri dan Cara Mengindarinya
Indikator Kesehatan Keuangan
Berikut adalah 5 indikator untuk memeriksa kesehatan keuangan untuk memastikan stabilitas finansialmu:
1. Periksa Tabungan (Rasio Tabungan)
Menabung atau mengumpulkan pendapatan merupakan bentuk mitigasi untuk menghadapi masa depan. Menabung tidak hanya menyimpan uang dalam produk tabungan, tetapi juga bagaimana uang dapat bertumbuh memberikan manfaat jangka panjang.
Keuangan seseorang dikatakan sehat apabila rasio tabungan bisa mencapai 10% atau lebih dari pendapatan.
Hitunglah rasio pendapatan dengan rumus berikut ini:
Rasio tabungan = (Nilai total tabungan tahunan/ Jumlah pendapatan tahunan) x 100%
Sebagai contoh, kamu menerima gaji sebesar Rp10 juta per bulan. Setiap bulannya kamu mampu menyisihkan Rp1 juta untuk tabungan.
Artinya kamu telah menyisihkan 10% dari total pendapatan per bulan. Semakin besar rasio tabungan, maka kondisi keuanganmu semakin sehat.
2. Periksa Dana Darurat (Rasio Likuiditas)
Rasio likuiditas merupakan indikator yang mengatakan bahwa keuanganmu sehat. Rasio likuiditas atau dana darurat adalah aset yang mampu kamu cairkan dalam bentuk tunai secara cepat.
Perhitungan rasio ini menunjukan kemudahan seseorang dalam mendapatkan uang tunai dalam kondisi darurat. Idealnya rasio likuiditas yang sehat mampu mencukupi kebutuhan pokok selama 3-6 bulan kedepan.
Cara menghitung rasio likuiditas adalah sebagai berikut:
Rasio likuiditas = Total jumlah aset berupa kas atau setara kas/ Jumlah pengeluaran rutin tiap bulan
Sebagai contoh, kamu memiliki total kas atau aset setara kas sebesar Rp25 juta. Dalam satu bulan kamu memiliki pengeluaran rutin sebanyak Rp6 juta. Maka dalam kondisi darurat, aset likuid yang kamu miliki mampu membantu kebutuhanmu selama 4 bulan kedepan.
Baca Juga: Sayangi Diri! Berhenti Menjadi People Pleaser Dengan Cara ini
3. Periksa Jumlah Utang (Rasio Utang Sehat)
Tak kalah penting kamu perlu memeriksa rasio utang sehat dalam keuangan. Dengan menghitung rasio utang, kamu akan mengetahui kemampuanmu dalam membayar utang atau cicilan.
Rasio utang sehat idealnya sebesar 35% dari pendapatan. Apabila rasio utang sehatmu lebih dari angka tersebut artinya kamu harus mempertimbangkan segala pengeluaran dan merencanakan kembali strategi keuangan yang lebih efektif.
Berikut cara menghitung rasio utang sehat:
Rasio utang sehat = (Cicilan utang per tahun atau per bulan / Pendapatan per tahun atau per bulan) x 100%
Misalnya setiap bulan kamu membayar cicilan sebesar Rp3 per bulan. Sementara gajimu sebulan adalah Rp 6 juta per bulan. Maka kemampuan kamu membayar utang adalah 50%, artinya kondisi keuanganmu sedang tidak sehat.
4. Periksa Risiko Bangkrut (Rasio Solvabilitas)
Selain risiko utang sehat, kamu juga harus cek rasio solvabilitas atau risiko kebangkrutan. Jika rasio solvabilitas menunjukkan adanya risiko kebangkrutan, penting untuk segera mengambil strategi keuangan yang lebih baik.
Idealnya rasio solvabilitas diangka 50%, sehingga kamu tetap dapat bertahan jika mengalami kebangkrutan.
Bagaimana cara mengetahui risiko kebangkrutan yang sedang menghantui keuangan? Simak cara berikut:
Rasio solvabilitas = (Total kekayaan bersih / Total aset) x 100%
Misalnya kekayaan bersihmu tercatat sebanyak Rp500 juta dengan nilai aset mencapai Rp800 juta. Maka rasio solvabilitas kamu adalah 62%, artinya keuangan tetap aman meski asetmu sedang jatuh.
5. Periksa Pertumbuhan Pendapatan
Indikator kesehatan keuangan yang tak kalah penting adalah memeriksa pertumbuhan pendapatan. Banyak orang yang mengira bahwa kenaikan gaji sama dengan pertumbuhan pendapatan.
Padahal belum tentu gaji naik, pendapatan ikut naik. Untuk memastikannya, kamu dapat menghitung pertumbuhan pendapatan dengan rumus berikut:
Pertumbuhan pendapatan = ((Nilai pendapatan tahun ini – Pendapatan tahun lalu) / Nilai pendapatan tahun lalu) – Laju inflasi
Misalnya pendapatan kamu tahun ini tercatat sebesar Rp10 juta. Sedangkan, tahun lalu pendapatmu sebesar Rp8 juta. Jika tingkat inflasi sekitar 3%, maka pertumbuhan pendapatanmu sekitar 24%.
Setelah cek kesehatan keuangan, kamu dapat mengevaluasi kembali pemasukan dan pengeluaran selama satu bulan kebelakang. Perhatikan pengalokasian dana apakah sudah sesuai dengan kebutuhan hidup atau hanya memenuhi gaya hidup.
Jika ternyata kondisi keuangan sedang tidak baik-baik saja, segeralah mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut, misalnya dengan mencari pendapatan tambahan.
Kamu juga dapat memaksimalkan pendapatan dengan memulai investasi untuk masa depan. Berbagai jenis investasi dapat kamu pilih seperti investasi saham, reksa dana, atau obligasi sesuai dengan tingkat risiko dan tujuan keuangan.
Nah, kamu dapat memulai investasi saham, reksa dana, dan obligasi dalam satu aplikasi di SFAST. Dengan tampilan easy-to-use, membuat investasi di SFATS menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
SFAST juga sudah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek indonesia (BEI).
Jadi tunggu apa lagi? Yuk, download SFAST sekarang!