Peter Lynch adalah seorang investor legendaris dan mantan manajer dana di Fidelity Magellan Fund. Ia dikenal luas karena pendekatannya yang sederhana namun efektif tentang investasi. Dalam bukunya yang terkenal, “One Up On Wall Street,” Lynch membagi saham menjadi enam jenis. Keenam jenis saham ini membantu investor memahami dan mengidentifikasi peluang investasi yang sesuai dengan profil risiko mereka.
Berikut 6 jenis saham menurut Peter Lynch yang dapat investor terapkan:
Jenis Saham Menurut Peter Lynch
1. Slow Grower (Pertumbuhan yang Lambat)
Slow grower merupakan saham atau perusahaan yang telah melewati masa jayanya. Perusahaan ini sudah mapan atau berada di industri yang sudah mencapai puncaknya, ditandai oleh pertumbuhan penjualan dan laba yang flat.
Saham yang berada pada fase ini masuk dalam jenis atau kategori single digit. Salah satu daya tarik saham slow grower adalah dividend dan posisinya di pasar saham. Risiko saham slow grower juga tergolong rendah karena telah menjadi pemimpin pasar.
Contoh: PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
Baca Juga: Kenali 5 Papan Pencatatan Saham di BEI Sebelum Investasi
2. Stalwarts (Pertumbuhan Menengah)
Jenis saham kedua menurut Peter Lynch adalah stalwarts, yaitu saham dengan pertumbuhan sedang. Saham stalwarts biasanya meningkat sekitar 10-15% dan dapat memberikan dividen secara konsisten dengan dividen yield yang lumayan menarik.
Investor harus memperhatikan rasio PER saat membeli saham ini. Jika PER terlalu tinggi, akan sulit untuk mendapatkan imbal hasil yang diharapkan. Namun, jika investor berhasil mendapatkan PER di bawah 10, mereka berpotensi meraih keuntungan sebesar 50% dalam satu tahun.
Contoh: PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
3. Fast Grower (Pertumbuhan Fantastis dan Stabil)
Saham-saham dari perusahaan fast grower mampu tumbuh dengan cepat. Bahkan saham dapat tumbuh 20% dalam satu tahun. Umumnya perusahaan dalam jenis ini konsisten mencatatkan laba dan sales yang lumayan besar, sehingga memiliki potensi kenaikan berkali-kali lipat.
Sebagian besar saham-saham fast grower datang dari perusahaan kecil atau bisnis baru yang sedang melebarkan sayapnya, mesti tidak menutup kemungkinan saham memiliki sejarah diindustrunya mencatatkan pertumbuhan menggiurkan.
Dibalik keuntungannya, saham fast grower juga memiliki risiko yang menghantuinya. Perusahan mungkin kekurangan modal karena terus berusaha mempertahankan eksistensinya di industri.
Oleh karena itu, investor perlu memperhatikan tanda-tanda jika kinerja perusahaan mulai melambat.
Contoh: PT Akasha Wira International Tbk (ADES)
4. The Cylicals (Siklus)
Jenis saham menurut Peter Lynch selanjutnya adalah the cyclicals atau saham siklus. Saham masuk jenis the cyclicals karena bergantung pada perekonomian dan harga bahan baku produksinya, sehingga sangat sulit untuk memprediksi nya.
Saham-saham ini umumnya datang dari perusahaan real estate, otomotif, atau komoditas. Mereka dapat mengalami kontraksi dan ekspansi silih berganti karena beberapa faktor diatas.
Menurut Peter Lynch waktu adalah segalanya. Untuk itu penting bagi investor untuk memahami siklus bisnis dari perusahaan. Jika tidak, investor mungkin akan terjebak pada siklus bisnis yang salah.
Bagaimana membelinya? Investor dapat membeli saham siklus ketika komoditasnya rendah, karena harganya juga akan ikut murah. Kemudian menjualnya kembali ketika komoditasnya tengah menguat.
Contoh: PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Harum Energy Tbk (HRUM) ketika siklus batubara di tahun 2022.
Baca Juga: 10 Gaya Hidup Hemat ala Warren Buffett Agar Cepat Kaya
5. Turnaround (Fundamental Berbalik)
Turnaround merupakan kriteria untuk saham dari perusahaan yang hampir bangkrut, namun mampu memperbaiki posisinya di bursa. Meski terlihat serupa dengan saham siklus, saham turnaround dipengaruhi oleh manajemen dan kinerja perusahaannya sendiri.
Risiko membeli saham ini cukup tinggi apabila investor tidak mampu menganalisa fundamental dengan baik. Alih-alih mendapatkan keuntungan dari kenaikan, justru merugi akibat saham profitable.
Akan tetapi, jika mampu menganalisa dengan baik, potensi keuntungan saham turnaround mampu melampaui saham fast grower. Hal ini terjadi karena ketika harga saham turun akibat fundamental anjlok. Setelah kembali bangkit, saham akan menjadi undervalue dan harga naik dengan cepat.
Contoh: PT Bluebird Tbk (BIRD)
Ketika pandemi Covid-19 selesai, permintaan akan layanan taksi kembali meningkat.
6. Asset Play (Aset Melimpah)
Peter Lynch juga memperkenalkan saham asset play. Saham yang masuk dalam jenis asset play merupakan saham yang mempunyai nilai aset lebih tinggi dari kapitalisasi pasarnya. Jadi saham akan memiliki sisa nilai aset meskipun sudah dikurangi hutang dan kapitalisasi pasar.
Perusahaan biasanya memiliki aset tinggi seperti real estate atau saham di perusahaan lain. Tidak ada rasio khusus mengenai saham dari kriteria ini. Investor dapat mengetahuinya pada bagian aset terutama aset lancar.
Untuk itu investor perlu menganalisa laporan keuangan, laporan tahunan, atau public expose untuk menemukan saham dalam jenis ini.
Contoh: PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST)
Demikian enam jenis saham menurut Peter Lynch. Memahami keenam jenis ini dapat membantu investor mengembangkan strategi investasi dengan lebih cerdas.
Salah satu cara mempermudah kamu dalam berinvestasi adalah dengan menggunakan SFAST.
SFAST adalah aplikasi investasi yang sudah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kamu juga bisa mendapatkan rekomendasi saham potensial dari analis berpengalaman melalui fitur SF Quotes hanya di SFAST.