Pemahaman tentang pergerakan harga saham adalah kunci untuk meraih kesuksesan dalam dunia pasar modal. Salah satu yang perlu dipahami oleh setiap investor dan trader adalah siklus saham. Siklus ini mencerminkan pola berulang yang terjadi di pasar saham.
Terlihat dari pergerakan harga saham melalui berbagai fase yang dipengaruhi oleh sentimen pasar, kondisi ekonomi, dan faktor-faktor lainnya.
Apa itu Siklus Saham?
Melansir Investopedia, siklus saham adalah pergerakan harga saham dari tren naik awal hingga harga tertinggi, lalu menurun hingga harga terendah. Menurut Richard Wyckoff, siklus saham memungkinkan investor untuk mengidentifikasi titik beli, tahan, dan jual.
Seorang investor harus memiliki strategi untuk memanfaatkan pergerakan harga saham yang terjadi dalam beberapa fase.
Wyckoff membagi siklus jual dan beli saham dalam empat fase berbeda yaitu fase akumulasi, fase mark up, fase distribusi, fase mark down. Berikut adalah penjelasan lengkapnya!
Baca Juga: Cuan Triliunan! Ini 6 Saham IPO Terbesar Sepanjang Sejarah BEI
1. Fase Akumulasi
Fase akumulasi adalah tahap awal dalam siklus saham. Pada fase ini, harga saham berada pada level yang relatif rendah dan belum menarik perhatian banyak investor. Dalam kondisi ini, hanya segelintir investor saja yang berminat untuk membeli sahamnya karena melihat potensi keuntungan di masa depan.
Namun segelintir investor tersebut cenderung untuk melakukan pembelian dengan hati-hati supaya harga saham tidak terlalu cepat bergerak naik. Imbasnya harga saham cenderung bergerak sideways ketika berada di fase akumulasi. Fase sideways yang cenderung lama ini membuat saham tidak terlalu dilirik oleh publik secara masif.
2. Fase Mark Up
Setelah fase akumulasi, harga saham memasuki fase mark up. Di fase mark up, investor yang membeli di fase akumulasi sudah selesai membeli saham dalam nilai yang signifikan, sehingga mereka tidak lagi berhati-hati dalam melakukan pembelian.
Di fase ini, investor akan agresif membeli dengan tujuan segera menaikkan harga saham. Biasanya pada fase ini juga disertai dengan berita-berita atau analisa yang ditampilkan di publik sehingga mengundang investor yang lebih banyak lagi untuk ikut melakukan pembelian saham.
Di fase mark up harga saham akan membentuk pola uptrend ditandai oleh pola higher high dan higher low. Trader-trader yang berbasiskan analisis teknikal juga akan berpartisipasi dalam transaksi di fase ini dan semakin membuat nilai transaksi saham melonjak tinggi dibandingkan dengan fase akumulasi.
3. Fase Distribusi
Fase distribusi terjadi setelah harga saham mencapai puncak tertinggi. Pada fase ini, saham mulai mengalami berhenti untuk melanjutkan kenaikan. Pada fase ini, investor yang melakukan pembelian dalam jumlah besar di fase akumulasi akan melakukan penjualan.
Namun penjualan yang dilakukan oleh investor tersebut haruslah dilakukan dengan hati-hati jangan sampai membuat harga saham turun dengan cepat. Umumnya, di fase distribusi ini, segala macam berita positif sudah terpampang baik di dalam laporan keuangan yang bagus atau dalam berita-berita positif lainnya. Investor yang kurang berpengalaman biasanya melakukan kesalahan dengan terlambat membeli saham di fase distribusi.
Investor tersebut biasanya mendasari pembeliannya berdasarkan fakta-fakta positif yang sudah beredar luas di publik. Hal ini justru membantu investor yang telah membeli di fase akumulasi untuk menjual sahamnya di harga tinggi. Di fase distribusi, harga saham akan cenderung bergerak sideways seperti apa yang terjadi di fase akumulasi.
Baca Juga: Memahami Apa Itu Market Value dalam Investasi Saham dan Faktor yang Mempengaruhinya
4. Fase Mark Down
Fase mark down adalah fase terakhir dalam siklus saham. Dalam siklus ini, investor utama sudah selesai melakukan penjualan saham di harga tinggi dan bisa segera meninggalkan saham tersebut. Justru investor yang terlambat dan melakukan pembelian di fase distribusi kebingungan karena harga saham tidak lagi mengalami kenaikan.
Hilangnya daya beli dari pasar membuat harga saham cenderung mudah untuk mengalami penurunan. Fase ini juga biasanya ditambah oleh berita-berita negatif tentang potensi perlambatan kinerja perusahaan. Akibatnya timbul kepanikan dan memicu aksi jual oleh pasar. Pada fase ini harga saham cenderung bergerak dalam downtrend ditandai oleh pola lower high dan lower low.
Mengapa Memahami Siklus Saham Penting?
Memahami siklus saham membantu investor untuk membuat keputusan ketika ingin jual-beli atau trading saham. Dengan mengetahui di mana posisi saham dalam siklus, seorang investor dapat menentukan kapan waktu yang tepat untuk masuk atau keluar dari pasar.
Selain itu, siklus saham dapat digunakan sebagai pelengkap dalam analisis fundamental dan teknikal yang sudah dilakukan.
Sentimen pasar juga sangat mempengaruhi pergerakan siklus saham. Isu-isu ekonomi global atau berita spesifik tentang industri dan perusahaan dapat memicu perubahan dalam siklus. Oleh karena itu, tetap update dengan berita pasar saham terbaru adalah kunci untuk sukses dalam investasi.
Untuk mengetahui siklus saham dari salah satu emiten di bursa, SFAST genks bisa bertanya langsung dengan tim analis SF Sekuritas melalui live Instagram SFAST Briefing Pagi di @sfast.official setiap hari mulai jam 08.15 WIB.
Kamu juga bisa mendapatkan rekomendasi saham terbaik dari tim riset yang berpengalaman melalui fitur SF Quotes di aplikasi SFAST.
Jadi tunggu apa lagi? Yuk, investasi di SFAST sekarang!